Jatinangor merupakan tempat
yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan saya. Bagaimana tidak. Sejak masa
sekolah, tiap hari saya melewati Jalan Jatinangor. Dilanjutkan masa kuliah di
Jatinangor. Dan sempat bekerja pula di tempat ini.
Tak hanya itu, Jatinangor
ialah tempat pertama dalam menumbuhkan minat baca saya, yakni di sebuah
perpustakaan, bernama Perpustakaan Batu Api. Saya masih ingat ketika awal
datang ke Batu Api. Saat memasuki ruang perpustakaan, seorang lelaki tengah
duduk di meja pelayanan.
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Saya menanyakan, “Pak,
kalau disini bukunya bertema apa aja”?.
Beliau berkata,
“Bervariasi. Kamu suka baca tentang apa”?.
“Saya suka sejarah”, saya
jawab.
Diambilnya satu buku yang
berada di salah satu rak. Buku yang agak tebal tersebut disodorkannya berjudul “Bumi
Manusia”. Dari buku inilah awal perkenalan saya dengan Pramoedya Ananta Toer.
“Dia sering disapa Pram.
Penuturan sejarah lewat sastra”, jelasnya.
“Saya pernah mendengar
namanya di buku paket sejarah selama SMA, karyanya berjudul “Arus Balik”,
ungkap saya.
“Itu juga salah satu
karyanya. Kadang dia disebut penulis yang kekiri-kirian. Ya, karena bukunya
berada di rak sebelah kiri saya. Hehehe”, tambahnya.
Mungkin, saya bukan
satu-satunya pengunjung yang diberikan rekomendasi. Tiap anggota perpustakaan
yang meminta rujukan koleksi akan diberikan secara senang hati oleh beliau,
yang kerap disapa Bang Anton. Dan ini telah menjadi daya tarik Perpustakaan
Batu Api yang tetap dikenal oleh anggota perpustakaan.
Adanya rekomendasi yang
diberikan Bang Anton, selaku pemilik Perpustakaan Batu Api, menjadikannya
disebut sebagai book advisor oleh Amalia,
seorang anggota perpustakaan. Pemilik
perpustakaan memberikan rekomendasi mengenai koleksi perpustakaan kepada anggota
perpustakaan. Rekomendasi diberikan untuk
membantu anggota perpustakaan dalam mencari koleksi secara cepat dan tepat melalui penyampaian informasi yang jelas.
Saya pernah heran bagaimana
caranya Bang Anton dapat menguasai semua koleksi perpustakaan sebagai panduan
dalam memberikan rekomendasi. Bang Anton memberikan penjelasan,
“Eh,
selama bertahun-tahun itu, sebetulnya semakin mudah. Datanya makin banyak,
buku-bukunya makin banyak, buku dengan tema yang dimaksud makin banyak, bisa
makin mudah untuk ngasih tau ke orang. Meskipun terbatas karna orang makin banyak dateng. Caranya, ya, akhirnya mereka tau dari mulut ke mulut klo bahan itu sulit didapat dan ga ada di tempat lain, itu doang. Si polanya udah ketemu” (24/11/2015).
Menurutnya,
buku dengan tema yang beragam makin bertambah dan berkembang sehingga
memudahkan untuk memberitahukan kepada anggota perpustakaan. Selain itu,
anggota perpustakaan yang telah menemukan buku yang sedang dicari akan memberitahukan
keberadaan buku tersebut dari mulut ke mulut. Sehingga Bang Anton akan kembali
ditanyai mengenai buku-buku yang sebelumnya ditanyakan oleh anggota
perpustakaan. Jadi, polanya ialah Bang Anton selalu mengingat buku mengenai
tema-tema tertentu.
Bang
Anton memiliki daya ingat dan analisis yang tajam diperolehnya dari beberapa
kebiasaan yang telah menjadi rutinitasnya, diantaranya membaca, menulis,
mendengarkan musik, menonton film, mendokumentasikan beberapa kajian dan
berdiskusi atau lebih tepatnya mengobrol santai. Dan semua kegiatannya ini
dimotivasi rasa cintanya dalam dunia literatur. Terbukti perpustakaan yang
berdiri sejak 1 April 1999 masih berdiri hingga kini dan melayani anggota
perpustakaan setiap harinya.
Kiprah
Bang Anton dalam melayani anggota perpustakaan di Perpustakaan Batu Api patut
dicontoh oleh kita, para pustakawan atau pengelola perpustakaan di tiap
perpustakaan. Adanya kemajuan dalam perlengkapan pelayanan perpustakaan yang
serba digital tidak dapat menggeser peranan pustakawan atau pengelola
perpustakaan dalam melayani anggota perpustakaan.
Pustakawan
atau pengelola perpustakaan harus memiliki pengetahuan mengenai koleksi
perpustakaan sebagai bekal berkomunikasi dengan anggota perpustakaan. Diawali
“Minat dan rasa ingin tahu” (Anton S.). Minat ialah hasrat ketertarikan. Ingin
tahu ialah ingin memahami suatu hal.
Jadi,
sebuah perpustakaan dapat berlangsung lama tergantung pada pustakawan atau
pengelola perpustakaannya. Saya, sebagai pustakawan patut bercermin diri
melihat keseriusan Bang Anton mengelola perpustakaan. Audri, anggota
perpustakaan, menggambarkannya dengan dua kata, “Konsisten dan kerja keras”.
(3/04/2016).